Asal Usul Huruf Jawa
Asal Usul Huruf Jawa
Reportase oleh : Nurvita Putri
Pada sesi kelas Jurnalistik, Rabu (15/2/2023) di Perpustakaan SDN Bintara VI. Mempelajari bagaimana membuat artikel.
Pada kelas ini, setiap siswa menuliskan artikel dengan rujukan buku yang dibaca masing-masing.
Adapun buku yang akan diulas pada artikel kali ini tentang "Asal-Usul Huruf Jawa" buku ini ditulis oleh Novi Kurnia, BIP, tahun 2020. Menurut buku tersebut, bercerita tentang cerita rakyat Jawa Tengah.
Kisah bermula ketika Aji Saka memiliki sebuah keris. Aji Saka juga memiliki dua anak buah bernama Dora dan Sembada.
Kabar tentang seorang raja yang sombong, terdengar sampai ke Aji Saka.
Aji Saka mendengar tentang raja dari kerajaan Medang Kamulan. Raja itu bernama Raja Dewata Cengkar.
"Dia suka memakan manusia," ucap anak buah Aji Saka.
Dengan hati yang tulus, Aji Saka ingin menghentikan kejahatan raja Dewata Cengkar.
Aji Saka dan Kedua abdinya berangkat ke kerajaan Medang Kamulan.
Dalam perjalanan, Aji Saka berhenti pada sebuah gunung Kendeng. Kemudian, Aji Saka berhenti, dan memberi amanat pada Sembada.
"Sembada, tunggulah di sini, jagalah kerisku ini."
"Ingat, hanya diberikan kepadaku saja," lanjut Aji Saka.
"Baik tuan."
Setelah meninggalkan Sembada, Aji Saka melanjutkan perjalannya. Hingga sampailah di kerajaan Medang Kamulan.
Aji Saka menantang raja Dewata Cengkar. Raja Dewata Cengkar sangat marah.
"Berani sekali kamu, Aji Saka," murka raja Dewata Cengker.
Mereka pun bertarung. Hingga sang raja kalah.
Kabar bahagia ini tersebar ke seluruh rakyat. Kemudian, rakyat Medang Kemulan menobatkan Aji Saka sebagai raja. Kini, Aji Saka telah menjadi raja di Medang Kamulan.
Suatu ketika, raja Aji Saka teringat dengan kerisnya. Raja Aji Saka pun memerintahkan Dora untuk mengambil kerisnya di Sembada.
Dora menjumpai Sembada di lereng gunung Kendeng.
Dora mengatakan pada Sembada bahwa Raja Aji Saka memerintahkannya mengambil keris.
Namun, Sembada menolaknya. Ia mengatakan bahwa keris ini akan ia serahkan hanya kepada sang tuannya.
Akhirnya, Dora dan Sembada pun berkelahi. Mereka berdua memperebutkan keris.
Dora dan Sembada adalah dua abdi kesayangannya Aji Saka. Keduanya sangat patuh. Tak kunjung datang, Aji Saka mengkhawatirkan Dora dan Sembada.
Akhirnya, sampailah Aji Saka ke lereng gunung Kendeng. Aji Saka menyaksikan kedua abdinya bertarung untuk menuruti semua perintahnya. Kedua abdi Aji Saka pun berpulang.
Dengan hati yang sedih, Aji Saka pun membuat puisi dari huruf Jawa.
Ada utusan
Saling berkelahi.
Sama saktinya.
gugur bersama
Profil Penulis
Hai nama saya Nurvita Putri. Saya kelas 4 di SDN Bintara VI Bekasi. Saya tinggal di Bekasi Barat. Hobi saya memainkan pianika. Saya lahir di Bekasi, 2 Oktober. Nama orangtua saya Wiji Wiranti dan Kunanto. Ini adalah artikel kedua yang pernah aku tulis.
Rubrik Sastra Mikro Media
Bagi pembaca, yang ingin karyanya terbit di website mikromediateknologi.com, silakan kirim karyanya berupa artikel, puisi dan cerpen ke sastramikromedia@gmail.com. Untuk pelajar sekolah dasar, SMP, SMA, Mahasiswa, guru dan umum. Semangat berkarya, menorehkan literasi yang baik dan bijak.
Salam Sastra Mikro Media.
Subscribe Our Newsletter
Posting Komentar