Review Buku Ibu Penggerak Sidina Merdeka Belajar Mengasuh dengan Hati dan Logika
www.mikromediateknologi.com - Buku Ibu Penggerak Sidina Merdeka Belajar Mengasuh dengan Hati dan Logika, buku ini ditulis oleh 23 ibu yang peduli pada pendidikan anak-anak. Para ibu menulis dengan berbagai tema yang semuanya mengerucut pada semangat untuk terus mengasuh anak dengan hati dan logika. Selaras dengan gerakan Komunitas Sidina Merdeka Belajar yang merupakan komunitas mitra Kemdikbudristek, yaitu melahirkan Ibu Penggerak sebagai pemimpin pembelajaran. Tidak hanya itu, ibu juga berperan dalam mendorong tumbuh kembang anak secara holistis dan proaktif untuk mengimplementasikan pengasuhan anak menjadi anak yang kreatif, humanis, memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang baik, berdaya juang tinggi serta memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Mengutip pembicara dari kemendikbud di acara ToT Ibu Penggerak melalui Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) mengatakan, “Kemendikbudristek membutuhkan dukungan dari masyarakat agar program dan kebijakan Kemendikbudristek dapat berjalan dengan baik, sehingga perlu adanya kerja sama antara Kemendikbudristek dan komunitas pendidikan yang sehari-harinya berhubungan langsung dengan masyarakat.” Hal ini disampaikan oleh Pelaksana tugas (Plt.) Kepala BKHM, Anang Ristanto.
Buku ini wajib dibaca untuk semua kalangan masyarakat, sekolah, pendidik, lembaga kursus, pemerhati anak, dan para pemerhati bidang pendidikan anak, karena seni mengasuh anak harus sepenuh hati tanpa meninggalkan logika. Temukan kisah-kisah menarik dari pengalaman para Ibu Penggerak Sidina. Mari bergabung bersama komunitas kami, daftar DM ke IG @sidina.community.
Buku Ibu Penggerak Sidina Merdeka Belajar Mengasuh dengan Hati dan Logika
Komunitas Sidina Merdeka Belajar untuk Ibu Pembelajar yang Bahagia
Karya: Susi Sukaesih
Pendidikan masih menjadi senjata ampuh untuk memutus rantai kemiskinan. Contohnya Reza, alumni PKBM Itaco. Saya bertemu dengan Reza ketika dia sedang menjaga rental play station tahun 2012. Reza putus sekolah selepas SMP karena ekonomi. Ayahnya sudah meninggal, sedangkan Reza tinggal bersama nenek dan ibunya yang bekerja sebagai ART. Saya pun mengajak Reza untuk melanjutkan di PKBM Itaco (dulu SMK Itaco).
Selepas lulus, Reza meneruskan bakat desainnya dan bekerja sebagai graphic designer, kemudian
videographer. Saat ini Reza bekerja di sebuah showroom mobil mewah dan mempunyai usaha di bidang fotografi dan videografi. Reza pun pernah menjadi juara 1 lomba fotografi yang diadakan oleh Jd.id.
Melihat Reza, semakin memperkuat keyakinan kami bahwa pendidikan masih menjadi senjata ampuh untuk memutus rantai kemiskinan. Dengan memiliki pendidikan yang lebih baik, Reza bisa mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik. Setelah berkeluarga pun Reza bisa mengirim anaknya ke sekolah dengan baik.
Mengajarkan Anak Bersahabat dengan Kesulitan
Karya: Irma Mahes
Anak adalah anugerah, titipan Sang Maha Pencipta, dan rezeki tak terhingga yang aku dapatkan. Semuanya tidak diberikan secara cuma-cuma untukku yang mendapatkan kepercayaan-Nya. Aku sangat-sangat berterima kasih kepada Tuhan atas kepercayaan menitipkan si buah hati kepadaku.
Tidak sedikit pula perjuangan yang dilewati dari setiap perjalanan membesarkannya di dalam rahim seorang ibu hingga akhirnya ia ada dekat denganku. Rasa sakit pun terbayarkan sudah dengan kehadiran si buah hati. Aku BAHAGIA.
Media Belajar Anak Usia Dini
Karya: Dwi Murniati
Belajar sering diidentikkan dengan suatu kegiatan yang tidak menyenangkan. Sesuatu yang membosankan dan melelahkan. Anak-anak harus duduk diam dan mendengarkan guru, sementara untuk anak-anak usia dini sulit untuk diam. Kita perlu menghindari hal yang seperti ini agar proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan anak-anak menjadi lebih memahami konsep.
Mereka bisa belajar dengan media belajar atau alat peraga. Media belajar ini bisa didapatkan dari benda-benda yang ada di sekitar kita atau dengan alat peraga yang siap pakai. Media belajar memberikan banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh guru maupun murid dalam proses belajar-mengajar. Cara membuatnya pun relatif mudah karena dapat dipelajari dari Youtube ataupun media sosial. Pembuatannya bisa disesuaikan dengan kreativitas guru dan disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak.
Mendongeng dan Bernyanyi
(Caraku Mengenalkan Anak pada Kata dan Suara)
Karya: Enlistyosari
Menjadi orang tua baru ternyata sangat sulit. Belajar yang tidak ada habisnya, tidak bisa berhenti mencari tahu mana yang baik dan buruk. Semua demi anak-anak, padahal aku menikah dan memiliki anak saat usia sudah cukup matang. Hal yang mungkin seharusnya tidak ada lagi ketakutan-ketakutan ajaib. Namun, menjadi seorang ibu, berapa pun usiamu, membuatmu seperti lahir kembali tanpa tahu apa-apa dan memaksamu untuk belajar lebih banyak demi anak dan dirimu sendiri.
Ibu Bekerja, Tak Perlu Khawatir dengan Kemandirian Anak
Karya: Angeline Dina Kusumaningtyas
Banyak yang mengatakan bahwa wanita setelah menikah sebaiknya menjadi ibu rumah tangga saja. Namun, menurut saya tidak semua wanita yang sudah menikah mempunyai kesempatan menjadi ibu rumah tangga. Demikian juga sebaliknya, tidak semua wanita mempunyai kesempatan untuk berkarier. Banyak faktor yang membuat seorang ibu masih harus bekerja ataupun harus menjadi ibu rumah tangga.
Bagi saya, semua ibu istimewa. Baik sebagai ibu pekerja maupun ibu rumah tangga. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk, semua punya peran yang sama penting dalam keluarga. Saya sendiri adalah ibu pekerja dan sebagai ibu pekerja, saya sadar bahwa menjadi ibu pekerja dengan membesarkan dan mendidik anak bukanlah perkara yang mudah. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah waktu berinteraksi dengan anak-anak yang terbatas. Namun, ibu pekerja tak perlu khawatir atau merasa bersalah karena kita pun tetap bisa mendidik anak dengan baik meski berperan ganda.
Menciptakan Generasi Anak yang Berkarakter dan Humanis
Karya: Dita Suryo
Maret 2020.
Ceritaku diawali dengan berita wabah penyakit Covid-19 yang mematikan, mulai masuk ke Indonesia pada awal bulan Maret 2020. Dilatarbelakangi oleh berita yang menimpa 2 orang penari terkonfirmasi positif saat itu.
Ya, pandemi Covid-19. Seluruh rakyat Indonesia mulai cemas dan tidak ada yang menyangka bahwa wabah tersebut benar-benar nyata. Akhirnya, keluarlah kebijakan pemerintah dan keputusan presiden tentang penutupan seluruh kegiatan dan aktivitas manusia, mulai dari sekolah, kantor, tempat hiburan, bahkan tempat ibadah pun ditutup atau lockdown untuk menekan angka penyebaran Covid-19.
Kebijakan pemerintah ini dimulai dengan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), PSBB Transisi, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, hingga PPKM empat level. Memang hal tersebut mau tidak mau harus dilakukan untuk membatasi pergerakan masyarakat.
Waktu pun terus berjalan.
Jujur, awalnya aku senang karena bisa bekerja dari rumah, anak-anak juga bisa sekolah dari rumah secara online. Namun, memasuki bulan ke-6 tahun 2020, aku mulai merasa cemas dan gelisah. Sering timbul emosi yang berlebih, kurang stabil dari biasanya sehingga kurang bisa mengontrol diri. Aku merasa kelebihan beban pekerjaan, kurang menerima keadaan, dan mulai tidak bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru. Ya Allah, aku merasa terpuruk (mental load).
Mencetak Agen Perubahan
Karya: Nissa Muluk
Perilaku Kids Zaman Now
Apa yang membedakan perilaku anak-anak zaman sekarang dengan anak-anak zaman dulu atau bisa dibilang zaman kita kecil dulu? Zaman saya dulu, sekitar tahun 1980-an sampai akhir 1990-an, hiburan digital amat sangat terbatas pada radio dan televisi. Anak-anak zaman dulu tidak punya banyak pilihan selain bermain di luar rumah bersama teman-teman.
Sementara kids zaman now? Hanya dengan bermodalkan sebuah gawai pemberian orang tua, mereka sudah bisa bersosialisasi dengan teman ataupun orang asing dari berbagai penjuru dunia. Mereka bisa dengan mudahnya menikmati berbagai macam permainan menarik hanya dari genggaman tangan. Pencarian informasi tentang segala sesuatu yang menarik minat, bisa mereka didapatkan dalam hitungan menit, bahkan detik.
Berdamai dengan Anak
Karya: Ernawati Lilys
Setiap perempuan itu istimewa. Mereka bisa menjadi makhluk multilatenta, menjadi anak, istri, ibu, masyarakat hingga menjadi dirinya sendiri. Ruang geraknya seberapa banyak support system yang ia dapatkan dari orang terdekat. Jadi, jangan heran jika berjumpa dengan perempuan yang hanya punya satu pilihan saja. Juga tak perlu banyak menilai ketika ada perempuan yang begitu melebarkan sayapnya di antara kewajibannya. Ingat, support system yang baik akan membuat gerak perempuan pun menjadi baik. Apa pun itu pilihannya.
Mendidik Dua Anak Usia Dekat
Karya: Risa Panji
Menjalankan amanat sekaligus rezeki terbesar, yakni dikarunai dua balita di usia 28 tahun adalah momen yang paling sibuk dan menantang selama hidup saya. Saya memutuskan resign ketika memiliki anak pertama karena tak sampai hati bila harus meninggalkan bayi kami di kampung bersama neneknya. Selain itu, keadaan tidak memungkinkan untuk memboyong putri kami ke Jakarta pun menjadi alasan kala itu.
Sembilan bulan berselang, Allah Swt. menganugerahkan satu lagi rezeki kepada kami. Ya, seorang bayi perempuan kedua. Tidak seperti kehamilan pertama, kali ini beberapa orang tidak memberikan respons hangat terhadap berita kehamilan kedua saya. Alih-alih diberi selamat, beberapa komentar yang saya dengar adalah, “Emang enggak KB?” dan “Kasihan banget anaknya masih kecil udah punya adik.” Ada pula seseorang yang pernah berkata, “Kejahatan orang tua pada anaknya adalah dengan memberinya adik.”
Memberikan Kenangan Baik pada Anak
Karya: Suciarti Wahyuningtyas
Kesibukan orang tua kadang tanpa disadari membuat anak kehilangan waktu berkualitasnya, padahal anak-anak senang sekali diperhatikan dan dimanja. Anak-anak juga ingin memiliki kenangan masa kecil yang manis dan selalu diingat sepanjang hidupnya.
Ada suatu drama dari negeri Tiongkok yang saya tonton pada tahun lalu berjudul Go A Head. Awalnya saya berpikir ini adalah cerita romansa remaja, tetapi setelah menonton sampai habis, tanpa saya sadari air mata selalu membasahi pipi pada beberapa episodenya. Inti cerita drama ini mengisahkan betapa membekasnya kenangan masa kecil para pemain drama tersebut.
Bermain untuk Mengenalkan Dunia
Karya: Agung Handayani
Dunia bagaimanakah yang paling akrab dengan anak-anak? Ya, bermain. Bagi anak, kegiatan tersebut merupakan dunianya. Lihatlah mereka saat melakukan aktivitas yang menyenangkan itu. Tawa, fokus, dan seriusnya saat bermain tidak akan main-main.
Untuk itulah saat membersamai Agha, aku memasukkan unsur bermain untuk pola pembelajaran dan menggali aspek-aspek perkembangannya yang merupakan manfaat dari permainan itu sendiri. Adapun aspek tersebut meliputi agama, seni, bahasa, motorik, sosial emosional, dan kognitif. Bagaimana saat bermain bisa sekaligus menggali aspek tersebut?
Mengajarkan Anak Wirausaha
Karya: Yosi Novita
Saya Yosi, ibu 2 putri. Putri yang pertama kelahiran tahun 2000. Saat ini sudah kuliah semester akhir dan sedang menyusun skripsi, sedangkan putri kedua kelahiran tahun 2007 dan duduk di bangku SMP kelas 3. Saya sudah berwirausaha sejak masih bekerja di salah satu kantor BUMN. Namun, fokus usaha di bidang kuliner pada awal tahun 2011, setelah 1 tahun menikmati masa pensiun dini dengan alasan klasik agar bisa mengasuh anak dan tidak berkejaran dengan waktu.
Setahun pensiun dini, saya merasa jenuh hanya dengan aktivitas mengantar dan menjemput anak sekolah. Saya mulai terpikir membuka usaha makanan dengan cara menawarkan kepada ibu-ibu di sekolah putri saya yang pertama.
Home Education dan Bekerja? Bisa!
Karya: Rosa Adelina, M.Sc, Apt
Tepat 11,5 tahun yang lalu ketika menemukan pasangan hidup, saya memiliki cita-cita mengajari anak-anak kami tentang segala hal untuk yang pertama kalinya. Mungkin cita-cita ini yang dikenal dengan istilah “ibu adalah sekolah pertama anak-anaknya”. Cita-cita yang tidak saya sesali karena pada akhirnya menjadi tempat bermuara setiap asa dan tujuan karier, bahkan ketika saya harus berangkat setelah Subuh dan kembali ke rumah ketika Magrib menjelang.
Saya hanyalah seorang pegawai kantoran biasa, seperti ibu-ibu lainnya di pinggiran Jakarta. Sebelum pandemi, kami diharuskan meninggalkan empuknya kasur, berjibaku di dapur, dan berangkat segera agar tidak terlambat sampai di tempat kerja. Ketika pulang, belum usai penat terlepas, kami tetap mengantar anak-anak dengan kisah-kisah ataupun cerita dan berdoa agar pulas dalam tidurnya. Satu hal yang saya tahu waktu itu bahwa apa pun dan seberat apa pun perjuangan ini, pasti akan bermakna nantinya.
Meng(ASI)hi dengan Cinta
Karya: Sesilia Pujinarti
ASI merupakan makanan paling sempurna yang Tuhan sediakan untuk bayi. ASI adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama untuk bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. Adapun manfaat ASI bagi bayi (https://www.alodokter.com/mengapa-memilih-menyusui) di antaranya mencegah infeksi dan berbagai penyakit, melancarkan pencernaan, mencukupi kebutuhan nutrisi bayi, mengenalkan bayi dengan banyak rasa, meningkatkan kecerdasan otak, dan mencengah bayi meninggal mendadak. Adapun manfaat menyusui bagi ibu di antaranya menciptakan ikatan emosional antara ibu dan bayi, menurunkan berat badan, menurunkan risiko berbagai penyakit, dan dapat mengurangi stres.
Kesatuan Hati Suami dan Istri Dalam Mendidik Anak
Karya: Febria Hedyanti
Suami dan istri adalah dua orang yang berbeda dan memiliki latar belakang yang juga berbeda. Perbedaan latar belakang inilah yang biasanya menjadi perbedaan gaya dari suami dan istri dalam mendidik anak, padahal kekompakan dalam mendidik anak adalah suatu hal yang sangat penting. Walaupun kadang terlihat sepele, bila terdapat ketidakkompakan dalam mendidik anak dapat membuat timbulnya suatu masalah di antara suami dan istri.
Mendidik anak bukan merupakan hal yang ringan bagi siapa pun dan dalam mendidik anak pasti akan menemukan banyak permasalahan yang tidak pernah berhenti. Mendidik anak adalah suatu hal yang tidak ada sekolahnya, maka ini merupakan sebuah sekolah yang harus dilakukan oleh suami dan istri bersama-sama. Bagaimanapun, mendidik anak bukan hanya tugas seorang istri ataupun hanya tugas seorang suami, melainkan tugas orang tua.
Funlearning
Karya: BuMen Hanie
Belajar tidaklah harus diterapkan dengan kaku karena akan membuat anak merasa tertekan dan kurang bahagia, serta cenderung pada hasil daripada proses. Bagi anak, proses ini lebih penting karena akan membuat anak menikmati dan lebih paham di kemudian hari.
Membaca, menulis, berhitung, kemandirian, dan pengenalan sosial emosi merupakan bahan pembelajaran yang berat. Jika dilakukan secara fun maka anak tidak akan merasa terbebani dan tidak memberatkan anak.
Bersahabat dengan Matematika untuk Bunda dan Buah Hati
Karya: Wiendrastari Putri
Beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan saat saya mengajar mata kuliah yang bertema Matematika.
“Kenapa sih, harus belajar Matematika?”
“Kenapa sih, harus hafal rumus Matematika?”
Sebuah studi di Amerika Serikat yang dijelaskan di halaman Life Hacks menyatakan bahwa saat kita memahami suatu soal Matematika dan bisa menyelesaikannya dengan baik, itu pertanda bahwa pikiran kita lebih siap saat kita menghadapi masalah nyata.
Kita bisa mencari logika terbaik, melihat solusi yang mungkin, dan menghubungkan data yang kita miliki untuk mencapai kesimpulan. Lebih lanjut, studi tersebut membuktikan bahwa kecakapan kita dalam ilmu matematika akan membentuk pribadi yang teliti, cermat, dan tidak ceroboh.
Kesimpulannya, Matematika itu adalah ilmu dasar yang menentukan tingkat kelogisan kita dalam berpikir. Sadar atau tidak, ilmu per angkaan ini sangat memudahkan kita dalam menyelesaikan pekerjaan.
Ibu, Mengapa Aku Berbeda?
Karya: Sheva Putri
Sejak semalam, Kay yang merupakan putri anak kedua kami kelihatan gelisah. Setiap saat kulihat dia mondar-mandir di dalam kamar. Adiknya sampai bengong melihat tingkah laku kakak perempuan satu-satunya itu. Aku juga heran dan memikirkan besok ada kegiatan apa di sekolah anakku. Sambil meluruskan kaki yang pegal karena kesibukan di kampus hari ini, aku berbaring di sofa ruang tamu sambil membuka ponsel. Rasanya ada beberapa chat WhatsApp yang belum sempat kubuka, salah satunya dari grup kelas Kay.
Sekarang, aku baru tahu mengapa Kay tampak gelisah. Ternyata besok adalah pengumuman kelulusan sekaligus pengumuman hasil ujian akhir setelah 3 tahun bersekolah di salah satu sekolah menengah pertama negeri di kota kami.
Literasi Digital bagi Anak Remajaku
Karya: Cilya Marthalena
Sudah setahun ini, setiap pagi saya tidak perlu terlalu terburu-buru berkegiatan. Mulai dari menyiapkan sarapan sampai siap-siap menyetir mobil untuk mengantar anak-anak ke sekolah, terjebak macet di jalan, dan stuck di gerbang masuk sekolah mereka.
Semenjak pandemi, anak-anak melakukan kegiatan sekolah dari rumah secara online. Jadi, tidak terlalu berburu waktu menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan mereka belajar. Selama pandemi juga, saya memiliki profesi baru yang menjadi kegiatan selama weekday, yaitu menjadi seorang guru.
Mengajarkan Literasi dan Inklusi Finansial pada Anak
Karya: Lisa Ekuiresa, SE, CFP
Sebagai orang tua, kita harus paham terlebih dahulu apa itu literasi finansial. Setelah paham, lalu kita coba menerapkannya di dalam pengelolaan keuangan keluarga. Selanjutnya, kita baru bisa mengajarkannya kepada anak-anak. Jadi, literasi finansial harus dipahami terlebih dahulu, diterapkan, baru diajarkan.
Secara sederhana, definisi literasi finansial adalah segala pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan seseorang yang memengaruhi sikap dan perilaku agar dapat membuat keputusan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan hidupnya. Dalam tahap literasi ini, seseorang baru sebatas tahu dan paham saja secara konsep, tetapi belum terlibat langsung secara aktif pada kegiatan jasa keuangan.
Melewati Tahap Baby Blues dengan Berkebun Bersama Anak
Karya: Widya Natalia Pratiwi
Memutuskan berhenti bekerja setelah melahirkan adalah salah satu keputusan paling besar yang pernah saya ambil. Dulu, pekerjaan saya adalah seorang relationship officer sebuah perusahaan asuransi yang cukup ternama di Indonesia. Pekerjaan saya sungguh menyenangkan, bertemu orang setiap hari, membuat proyek-proyek baru dengan perusahaan lain, dan berbagai kesibukan lainnya yang cukup menyita waktu. Sibuk memang, tetapi justru kesibukanlah yang membuat saya senang.
Setelah melahirkan, saya merasa minggu-minggu pertama sangatlah berat. Sampai akhirnya mengetahui bahwa saya mengidap baby blues dan proses ini tampaknya cukup lama. Baby blues yang berkepanjangan membuat saya sering kali kehilangan arah dan luapan emosi yang tidak terbendung. Apa yang saya mau? Untuk apa hidup saya selain di rumah dan mengurus anak? Karier saya sudah tidak ada lagi, mau apa lagi saya?
Lima Belas Menit dari Ayah Bundaku
(Luangkan Waktu untuk Membacakan Nyaring, Bukan Membacakan Nyaring Saat Waktu Luang)
Karya: Anik Triyani
Ini bundaku berambut panjang
Ini ayahku berkumis tebal
Ini kakakku berkucir dua
Ini saudara laki-lakiku berambut pendek
Aku sayang, sayang mereka
Mereka juga sayang, sayang aku ….
Suara nyanyian anak-anak saat membaca sebuah buku favorit mereka di dalam mobil. Ya, membaca buku adalah salah satu aktivitas yang mereka lakukan untuk menghilangkan rasa bosan karena macetnya Kota Metropolitan.
Sebuah buku yang sudah menemani sejak 6 tahun yang lalu. Sebuah buku yang berjudul Sayang berwarna hitam putih, hard paper, dan sangat kecil bentuknya, tetapi ternyata memiliki kenangan dan dampak yang besar. Ya, bagaimana bisa anak-anak ini otomatis membaca buku karya Devi Raisa dengan cara menyanyikan teksnya persis seperti sang Bunda yang membacakan untuk mereka sejak usia 0 bulan. Pada akhirnya, ternyata berdampak menjadi sebuah kebiasaan untuk membaca tanpa dipaksa.
Mendidik Anak Sukses dan Bahagia: Antara Cinta dan Logika
Karya: Isti Budhi Setiawati, IBS
Sewaktu kecil, saya selalu percaya bahwa apa pun yang orang tua perintahkan dan arahkan pasti untuk kebaikan saya. Saya juga sangat percaya bahwa tujuan utama orang tua adalah melihat anaknya menjadi orang sukses dan bahagia.
Definisi sukses dan bahagia menurut orang tua saya adalah sukses dalam karier (menjadi bos, pejabat, atau apa pun di mana orang-orang akan memuja dan memuji saya), sukses dalam berumah tangga (memiliki anak yang sehat, baik, pintar, saleh, dan cakep. Jangan lupa harus memiliki suami yang enak dipandang, pintar, dan menjadi bos atau orang penting juga), sukses dalam agama (selalu menajalankan perintah agama dan tidak pernah berbuat dosa, menjadi istri berbakti kepada suami yang selalu melayani urusan dapur, sumur, dan kasur), dan menjadi pribadi yang bahagia dengan dikelilingi oleh orang-orang yang sayang, peduli, dan mendukung saya dalam hal apa pun.
Buku Ibu Penggerak Sidina Merdeka Belajar Mengasuh dengan Hati dan Logika
Buku ini ditulis oleh 23 ibu yang peduli pada pendidikan anak-anak. Para ibu menulis dengan berbagai tema yang semuanya mengerucut pada semangat untuk terus mengasuh anak dengan hati dan logika. Selaras dengan gerakan Komunitas Sidina Merdeka Belajar yang merupakan komunitas mitra Kemdikbudristek, yaitu melahirkan Ibu Penggerak sebagai pemimpin pembelajaran. Tidak hanya itu, ibu juga berperan dalam mendorong tumbuh kembang anak secara holistis dan proaktif untuk mengimplementasikan pengasuhan anak menjadi anak yang kreatif, humanis, memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang baik, berdaya juang tinggi serta memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Mengutip
pembicara dari kemendikbud di acara ToT Ibu Penggerak melalui Biro
Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) mengatakan, “Kemendikbudristek
membutuhkan dukungan dari masyarakat agar program dan kebijakan
Kemendikbudristek dapat berjalan dengan baik, sehingga perlu adanya
kerja sama antara Kemendikbudristek dan komunitas pendidikan yang
sehari-harinya berhubungan langsung dengan masyarakat.” Hal ini
disampaikan oleh Pelaksana tugas (Plt.) Kepala BKHM, Anang Ristanto.
Buku
ini wajib dibaca untuk semua kalangan masyarakat, sekolah, pendidik,
lembaga kursus, pemerhati anak, dan para pemerhati bidang pendidikan
anak, karena seni mengasuh anak harus sepenuh hati tanpa meninggalkan
logika. Temukan kisah-kisah menarik dari pengalaman para Ibu Penggerak
Sidina. Mari bergabung bersama komunitas kami, daftar DM ke IG
@sidina.community.
Judul : Ibu Penggerak Sidina Merdeka Belajar Mengasuh dengan Hati dan Logika
ISBN : 978-623-98607-4-5
Penulis : Susi Sukaesih, dkk.
Penerbit : Mikro Media Teknologi
Halaman : 269
Bagi yang ingin memesan buku ini bisa kontak Penerbit Mikro Media Teknologi di 0813-1083-2071.
Salam
Mikro Media Teknologi
Subscribe Our Newsletter
Posting Komentar